Advertisement

Sejarah Takjil di Indonesia: Muhammadiyah Mempopulerkannya dan Menjadikannya Tren Media Sosial

Sejarah Takjil di Indonesia: Muhammadiyah Mempopulerkannya dan Menjadikannya Tren Media Sosial

TEKAT4D Awalnya merupakan tradisi berbuka puasa yang dipopulerkan oleh Muhammadiyah, takajil telah berkembang menjadi konflik teologis yang bahkan telah memicu meme dan lelucon daring. Di era digital, bagaimana sebuah tradisi keagamaan dapat tumbuh menjadi budaya nasional yang begitu luas dan multiagama? Sejarah tradisi takjil di Indonesia akan dibahas secara rinci dalam artikel ini.

Fenomena yang dikenal sebagai “Perang Takjil” menunjukkan evolusi tradisi takjil. Takjil telah berevolusi dari sekadar makanan untuk berbuka puasa menjadi representasi toleransi dan kedekatan. Dalam tampilan perdamaian masyarakat yang menarik, netizen bahkan membuat lelucon tentang saling membeli makanan unik selama hari raya keagamaan mereka yang berbeda. Di Indonesia, takjil telah menjadi bagian integral dari Ramadan, muncul di mana-mana mulai dari masjid hingga media sosial.

Gerakan pembaruan Muhammadiyah, yang dengan giat mendukung kebiasaan berbuka puasa dengan cepat, menandai dimulainya perjalanan yang berlarut-larut ini. Upaya Muhammadiyah yang gigih untuk menyediakan takjil secara massal di masjid-masjid akhirnya diakui dan dilaksanakan oleh masyarakat luas, meskipun awalnya ditolak. Praktik ini menyebar dengan cepat dari Yogyakarta ke daerah-daerah lain di Indonesia, menunjukkan bagaimana ikhtiar keagamaan dapat berkembang menjadi budaya nasional yang sangat bermakna.

Bagaimana sejarah takjil sebelum fenomena perang takjil akhirnya mencuat? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini yang dihimpun Liputan6.com pada Selasa, 3 April 2025 dari berbagai sumber.

BACA JUGA : Apakah Bayi Mungkin Mengalami Mimpi Buruk?

Sejarah dan Makna Takjil

Kata “ta’jil” berasal dari bahasa Arab, yang berarti “menyegerakkan” atau “mempercepat”. “Seseorang masih terhitung baik selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka” (HR. Bukhari dan Muslim). Secara etimologis, kata tersebut merujuk pada nasihat Nabi Muhammad SAW untuk berbuka puasa sesegera mungkin setelah matahari terbenam. Menurut hadis, “ajjala–yu’ajjilu–ta’jilan” berarti momentum, tergesa-gesa, menyegerakan, atau mempercepat.

Namun, definisi takjil telah berubah seiring waktu. Di Indonesia, takjil lebih umum dipahami sebagai makanan atau minuman ringan yang dihidangkan saat berbuka puasa. Perubahan ini menunjukkan bagaimana kekuatan budaya setempat memengaruhi tradisi keagamaan. Meskipun demikian, aspek mendasar dari ritual takjil tetap tergesa-gesa untuk berbuka puasa.

Menurut laporan Snouck Hurgronje dari tahun 1891–1892, makan bubur pedas yang disebut “ie bu peudah” saat berbuka puasa bersama di masjid merupakan kebiasaan di Aceh. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat nusantara telah lama berbuka puasa dengan makanan sebelum Muhammadiyah memopulerkannya secara kontemporer. Setelah itu, kebiasaan ini berkembang dan bercampur dengan sejumlah budaya daerah lainnya.

Muhammadiyah telah memainkan peran penting dalam memopulerkan dan memperluas warisan takjil di seluruh Indonesia, khususnya dalam menghadapi modernisasi dan penyebarannya ke berbagai lapisan masyarakat, meskipun faktanya takjil telah ada di sejumlah tempat.

Kontribusi Muhammadiyah dalam Mempopulerkan Takjil

Dalam karyanya “Kiai Ahmad Dahlan – Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan” (2010), Prof. Munir Mulkhan menyoroti kontribusi signifikan Muhammadiyah dalam penyebaran takjil. Muhammadiyah, sebagai gerakan tajdid (pembaruan), secara aktif mendukung kebiasaan berbuka puasa tepat waktu dan menyediakan takjil secara berkala.

Praktik ini pertama kali ditentang. Penganut Muhammadiyah bahkan disebut “tidak tahan lapar” karena berbuka puasa terlalu cepat dan menunda waktu sahur. Namun, ketaatan Muhammadiyah terhadap kebiasaan ini akhirnya disambut dan dianut oleh masyarakat yang lebih luas.

Contoh nyata kontribusi Muhammadiyah adalah tradisi takjil yang telah dipraktikkan di Masjid Agung Kauman, Yogyakarta sejak tahun 1950-an. Ritual takjil bermula sebagai gerakan lokal di Yogyakarta dan akhirnya meluas ke seluruh Indonesia, menjadi bagian tak terpisahkan dari bulan Ramadan.

Proyek Muhammadiyah ini menunjukkan bagaimana budaya keagamaan nasional dapat dibentuk dan ditingkatkan melalui gerakan pembaruan.

Promo Bonus Terbesar Hanya di TEKAT4D

-Bonus Depo New Member 50% ( MAX 200RB ) TO x 15

-Bonus Depo Harian 10% ( MAX 100RB ) TO x 3

Bonus Mingguan TEKAT4D :

-Bonus Rollingan Poker Up To 0.5%

-Bonus Rollingan Casino Up To 0.8%

-Bonus Cashback Sportbook Up To 15%

-Bonus Cashback Slot Games 5%

-Bonus Referral Up To 5%

-Bonus Level Up ( Up To 2.5 Juta)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *